Kamis, 24 Maret 2016

CURAHAN HATI MAHASISWA TINGKAT AKHIR

Menjadi mahasiswa mungkin merupakan fase dalam kehidupan yang setiap tahun semakin menjadi sangat penting. Jika dulu kuliah hanya untuk orang-orang yang punya banyak biaya, saat ini siapa pun bisa kuliah. Dari anak petani hingga anak pejabat, dari beasiswa pemerintah atau swasta. Awal-awal masa menjadi mahasiswa yang baru saja melepas status dan seragam putih abu-abu menjadi masa-masa yang akan menentukkan nasib bagi sebagian orang atau untuk sebagian yang lain hanya sekedar mengikuti perintah orang tua dan trend. Belum lagi jika kuliah itu harus dilakukan jauh dari orang tua alias merantau. Biaya tambahan untuk ngekos dan segala kebutuhan selama kuliah menjadi beban tersendiri. Itu sebabnya para orang tua sangat menuntut harus menyelesaikan kuliah lebih cepat atau tepat pada waktunya. Selain untuk menghindari biaya kuliah tambahan jika tidak lulus tepat waktu, juga menghindari biaya tambahan untuk kebutuhan hidup jika merantau. Dan mungkin, agar si anak atau mahasiswa tersebut bisa sesegera mungkin menjadi mandiri dalam artian bisa segera bekerja dan menghidupi dirinya sendiri. Tapi, ada yang terlupa dari para orang tua dan juga mahasiswa itu sendiri. Bahwa ternyata, kuliah itu tidak semudah kelihatannya atau tidak seindah yang sering diceritakan oleh orang-orang yang telah menyelesaikan masa tersebut.
Mengikuti kuliah memang mudah. Masuk kelas, presensi, mendengar celotehan dosen yang belum tentu bisa dimengerti, makan siang di kantin, jika ada jadwal kuliah lagi tinggal masuk dan kalau tidak ada tinggal pulang. Begitu saja siklusnya. Saya termasuk dalam kategori semua jenis mahasiswa. Yang rajin masuk kuliah, yang rajin menyimak dan menulis semua materi kuliah, membuat tugas kuliah, dan juga menjadi mahasiswa yang kerjanya hanya menggampangkan masalah, seperti saat ada teman yang mengajak bolos kuliah saya juga ikut. *hehehe...
"Ketika awal masuk kuliah pengennya cepat tingkat akhir lalu pengen cepat lulus!"
Mahasiswa tingkat akhir?? Mungkin ada diantara kalian yang berpikir “itu, keren”, “udah paling senior dikampus”. Iya, saya juga berpikir seperti itu, tapi dulu. Itu dulu banget ketika aku baru masuk ke dalam dunia per-mahasiswa-an.
Awalnya, saya pikir dengan menjadi mahasiswa tingkat akhir, yang jelas dosen udah pada kenal, kehidupan saya di kampus bakalan lebih mudah. Lebih mudah buat akses infrastruktur kampus. Bakal banyak yang lebih ngenal aku, kehidupan bakal lebih santai daripada mahasiswa baru. Dulu waktu aku jadi mahasiswa baru, masih muka lucu-lucunya, foto profil facebook pasti foto pake almamater kesayangan.
Mungkin Tuhan menjawab doa saya. Kini predikat mahasiswa tingkat akhir udah nebeng ke jidat. Dengan predikat itu, jelas harus lebih dewasa, lebih mengayomi adek-adek semester.
Tapi pas nyampe tingkat akhir kayak disamber petir. Iya sih mata kuliah yang perlu tatap muka di kelas sudah tinggal sedikit atau bahkan tidak ada, ngebayangin itu kayak kita bakalan menikmati semester akhir dengan indah, dengan slow sambil nari hula-hula. Tapi itu hanya MIMPI.. Sekali lagi hanya mimpi
Adalah SKRIPSI yang menghancurkan mimpi itu semua. sebagian besar orang akan menyebut skripsi, skripsi, dan bermacam-macam skripsi dengan embel embel lain di belakangnya. Sebenarnya ada sih cara gampang ngadepin skripsi, salah satunya minta dibuatin sama orang yah tapi bakalan makan banyak duit yang keluar, tapi nggak bakalan mumet, nggak bakaln galau. Kita tinggal pelajari aja itu bahan saat mau sidang besoknya. Tapi kalo saya selain buang buang uang sih juga kok kayak menyia-nyiakan kuliah kita yang sudah 7 semester ya.
Udah beberapa minggu ini akhirnya saya balik lagi ke kampus setelah mengasingkan diri ke negeri dongeng. Kini kehidupan saya layaknya sinetron yang diberi judul “Mahasiswa Dikejar Deadline”. Iya deadline, jalan kematian.. aku harus mati-matian nyelesai-in tugas akhir kampus ini. Aku harus mati-matian ngilangin rasa bosan karena aku dikejar deadline. Aku harus mati-matian ngehubungin dosen buat ketemuan. Iya, dosennya susah banget diajak ketemuan, padahal aku bukan ingin menyatakan cinta sama dosen.
Pernah ada juga adek semester nyeletuk,  “Kk enak ya banyak hari libur, ga perlu  tiap hari ke kampus lagi”.
Kalian salah, disaat kalian udah ga ngelakuin hal itu semua lagi, kalian pasti merindukannya. Aku juga pernah bilang kalimat yang sama ke kakak semester waktu dia jadi mahasiswa tingkat akhir. Dan apa jawaban dari kakak semester itu, Kalian ga akan pernah tau gimana rasanya menjadi kami jika kalian belum pernah ngalami seperti yang kami alami. Dan itu juga yang akhirnya aku ungkapin ke mereaka yang nyeletuk itu.
Hal lain yang bikin menjengkelkan adalah pasti ditanyain sama keluarga besar, kapan wisuda, gimana mau lanjut S2nya kapan? *S2 S2 apaaan, skripsi aja belum kelar sudah ada pertanyaan gituan. Nggak didunia nyata di dunia maya pun begitu, Kalo chat BBM  pasti bakalan banyak yang nanya KAPAN WISUDA????

Pokoknya pertanyaan “Kapan Wisuda?” dan sejenisnya adalah pertanyaaan yang paling nggak pengen saya dengar sekarang. Tolong biarkan saya menyelesaikan skripsi saya dulu. Cukup bantu doanya aja ya syukur-syukur ada yang mau bantu nyelesain skripsinya hehehe. Bagi teman-teman yang lagi menyelesaikan skripsinya semangat saja dah.. semoga ALLAH membukakan jalan bagi kita semua.Yang terpenting jaga kesehatan juga lah dan jangan sampe bunuh diri karena SKRIPSI. Everything will be ok. 

CURAHAN HATI SANG SARJANA YANG TIDAK KUNJUNG BEKERJA

Hai- Hai ,, kalau kata orang arab mah " Ta'aruf maka jadi kenal" hahaha . oke kenalin saya Maman suyatman. Gue anak ke 3 da...